Nama : Denny
Nugraha
Kelas : TBI-B-VI
NIM :
1413132037
Chapter : I (What is discourse analysis?)
Apa itu analisis
diskursus?
1.1 Sejarah
Singkat
Discourse
analysis atau analisis diskursus
dikaitkan dengan kajian dari hubungan antara bahasa dengan konteks dimana
bahasa tersebut digunakan. Kajian ini berkembang diluar disiplin ilmu yang
berbeda pada tahun 1960-an dan awal 1970-an, termasuk linguistik, semiotik,
psikologi, antropologi, dan sosiologi. Para analis diskursus mengkaji bahasa
dalam kegunaannya: semua jenis teks tertulis, dan data lisan, dari percakapan
biasa hingga ke bentuk-bentuk pembicaraan yang sangat kaku.
Pada waktu itu ketika linguistik
kebanyakan dikaitkan dengan analisis kalimat per kalimat, Zellig Harris mempublikasikan
sebuah artikel yang berjudul 'Discourse analysis' (Harris 1952). Harris tertarik
dengan distribusi elemen-elemen linguistik dalam teks yang diperpanjang, dan
hubungan antara teks dengan situasi sosialnya, meskipun artikelnya sangat jauh
dari analisis diskursus yang kita pelajari sekarang ini. Para pemikir
linguistik seperti Austin (1962), Searle (1969) and Grice (1975) juga
berpengaruh dalam studi bahasa sebagai tindakan sosial, yang direfleksikan
dalam teori tindak-tutur (speech-act
theory) dan rumusan dari conversational
maxims, di samping kemunculan dari pragmatik, yang merupakan studi makna
dalam konteks (lihat Levinson 1983; Leech 1983).
Analisis diskursus di Britania Raya sangat
dipengaruhi oleh pendekatan fungsional dari bahasa yang dicetuskan oleh M. A.
K. Halliday (e.g. Halliday 1973), yang mana mempunyai hubungan hubungan dengan
Para linguis aliran Praha (Prague School
of linguists). Kerangka Halliday menekankan fungsi sosial dari bahasa serta
struktur tematik dan informasional dari ujaran dan tulisan. Sedangkan analisis
diskursus Amerika telah didominasi oleh karya didalam tradisi etnometodologis,
yang menekankan metode penelitian dari obervasi tertutup sekelompok orang yang
berkomunikasi dalam setting atau
situasi yang natural. Tradisi ini menguji beberapa jenis event ujaran seperti storytelling, kebiasaan mengucapkan
salam (greeting rituals) dan
pertengkaran verbal dalam situasi budaya dan sosial yang berbeda (e.g. Gumperz
and Hymes 1972).
Analisis diskursus telah berkembang dalam
jangkauan yang luas dan disiplin yang heterogen yang mana menemukan kesatuannya
dalam deskripsi bahasa atas kalimat dan sebuah ketertarikan dalam konteks dan pengaruh-pengaruh
kultural yang berdampak pada penggunaan bahasa. Analisis diskursus juga
sekarang ini semakin membentuk sebuah latar belakang terhadap linguistik
terapan, dan pembelajaran bahasa kedua dan pengajaran khususnya.
1.2 Bentuk dan
Fungsi
Bagaimana kita menginterpretasikan
bentuk-bentuk gramatikal tergantung pada sejumlah faktor, ada beberapa yang
bersifat linguistik, dan ada juga beberapa yang murni situasional. Salah satu
fitur linguistik yang mempengaruhi interpretasi kita adalah intonasi. Bentuk-bentuk
gramatikal dan bentuk-bentuk fonologis (seperti intonasi) yang ditelaah secara
terpisah merupakan andikator fungsi yang tidak reliabel (kongruen); ketika
bentuk-bentuk tersebut diletakkan bersama-sama, dan melihat pada konteks, kita
bisa mengarah kepada beberapa keputusan mengenai fungsi. Jadi, keputusan
mengenai fungsi komunikatif tidak bisa semata-mata menjadi ranah grammar atau phonology. Analisis diskursus tidak seluruhnya terpisah dari kajian
grammar dan phonology, tetapi para analis diskursus tertarik pada banyak hal
yang lebih dari hanya sekedar bentuk-bentuk linguistik.
Kebanyakan dari kita akan mengamati atau bahkan
berpartisipasi dalam serangkaian jenis interaksi lisan tertentu seperti:
panggilan telepon, membeli sesuatu di toko, atau mungkin mengikuti interview
pekerjaan, interview dengan seorang dokter, atau dengan seorang pemilik
perusahaan, mengobrol formal di pertemuan atau ruang kelas, atau secara informal
di kafe atau di bus, atau secara intim/akrab dengan teman-teman kita dan
orang-orang yang tersayang. Situasi-situasi seperti itu akan mempunyai formula
dan kebiasaan tersendiri yang kita ikuti; situasi-situasi tersebut akan
memiliki cara-cara membuka atau menutup percakapan yang berbeda, hubungan peran
yang berbeda, tujuan dan situasi yang berbeda. Analisis diskursus tertarik
dengan semua faktor yang berbeda tersebut dan mencoba untuk menjabarkannya
dalam cara yang ketat dengan seperangkat label-label deskriptif yang terpisah
dari apa yang digunakan oleh pakar tata bahasa konvensional. Perbedaan
fundamental yang pertama yang telah kita catat adalah antara bentuk-bentuk
bahasa dengan fungsi-fungsi diskursus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar