Senin, 23 Januari 2017

Summary of Discourse Analysis I Feb 14th 2016



Nama              : Denny Nugraha
Kelas               : TBI-B-VI
NIM                : 1413132037
Chapter          : I (What is discourse analysis?)
Apa itu analisis diskursus?

1.1 Sejarah Singkat
Discourse analysis atau analisis diskursus dikaitkan dengan kajian dari hubungan antara bahasa dengan konteks dimana bahasa tersebut digunakan. Kajian ini berkembang diluar disiplin ilmu yang berbeda pada tahun 1960-an dan awal 1970-an, termasuk linguistik, semiotik, psikologi, antropologi, dan sosiologi. Para analis diskursus mengkaji bahasa dalam kegunaannya: semua jenis teks tertulis, dan data lisan, dari percakapan biasa hingga ke bentuk-bentuk pembicaraan yang sangat kaku.
Pada waktu itu ketika linguistik kebanyakan dikaitkan dengan analisis kalimat per kalimat, Zellig Harris mempublikasikan sebuah artikel yang berjudul 'Discourse analysis' (Harris 1952). Harris tertarik dengan distribusi elemen-elemen linguistik dalam teks yang diperpanjang, dan hubungan antara teks dengan situasi sosialnya, meskipun artikelnya sangat jauh dari analisis diskursus yang kita pelajari sekarang ini. Para pemikir linguistik seperti Austin (1962), Searle (1969) and Grice (1975) juga berpengaruh dalam studi bahasa sebagai tindakan sosial, yang direfleksikan dalam teori tindak-tutur (speech-act theory) dan rumusan dari conversational maxims, di samping kemunculan dari pragmatik, yang merupakan studi makna dalam konteks (lihat Levinson 1983; Leech 1983).
Analisis diskursus di Britania Raya sangat dipengaruhi oleh pendekatan fungsional dari bahasa yang dicetuskan oleh M. A. K. Halliday (e.g. Halliday 1973), yang mana mempunyai hubungan hubungan dengan Para linguis aliran Praha (Prague School of linguists). Kerangka Halliday menekankan fungsi sosial dari bahasa serta struktur tematik dan informasional dari ujaran dan tulisan. Sedangkan analisis diskursus Amerika telah didominasi oleh karya didalam tradisi etnometodologis, yang menekankan metode penelitian dari obervasi tertutup sekelompok orang yang berkomunikasi dalam setting atau situasi yang natural. Tradisi ini menguji beberapa jenis event ujaran seperti storytelling, kebiasaan mengucapkan salam (greeting rituals) dan pertengkaran verbal dalam situasi budaya dan sosial yang berbeda (e.g. Gumperz and Hymes 1972).
Analisis diskursus telah berkembang dalam jangkauan yang luas dan disiplin yang heterogen yang mana menemukan kesatuannya dalam deskripsi bahasa atas kalimat dan sebuah ketertarikan dalam konteks dan pengaruh-pengaruh kultural yang berdampak pada penggunaan bahasa. Analisis diskursus juga sekarang ini semakin membentuk sebuah latar belakang terhadap linguistik terapan, dan pembelajaran bahasa kedua dan pengajaran khususnya.
1.2 Bentuk dan Fungsi
Bagaimana kita menginterpretasikan bentuk-bentuk gramatikal tergantung pada sejumlah faktor, ada beberapa yang bersifat linguistik, dan ada juga beberapa yang murni situasional. Salah satu fitur linguistik yang mempengaruhi interpretasi kita adalah intonasi. Bentuk-bentuk gramatikal dan bentuk-bentuk fonologis (seperti intonasi) yang ditelaah secara terpisah merupakan andikator fungsi yang tidak reliabel (kongruen); ketika bentuk-bentuk tersebut diletakkan bersama-sama, dan melihat pada konteks, kita bisa mengarah kepada beberapa keputusan mengenai fungsi. Jadi, keputusan mengenai fungsi komunikatif tidak bisa semata-mata menjadi ranah grammar atau phonology. Analisis diskursus tidak seluruhnya terpisah dari kajian grammar dan phonology, tetapi para analis diskursus tertarik pada banyak hal yang lebih dari hanya sekedar bentuk-bentuk linguistik.
Kebanyakan dari kita akan mengamati atau bahkan berpartisipasi dalam serangkaian jenis interaksi lisan tertentu seperti: panggilan telepon, membeli sesuatu di toko, atau mungkin mengikuti interview pekerjaan, interview dengan seorang dokter, atau dengan seorang pemilik perusahaan, mengobrol formal di pertemuan atau ruang kelas, atau secara informal di kafe atau di bus, atau secara intim/akrab dengan teman-teman kita dan orang-orang yang tersayang. Situasi-situasi seperti itu akan mempunyai formula dan kebiasaan tersendiri yang kita ikuti; situasi-situasi tersebut akan memiliki cara-cara membuka atau menutup percakapan yang berbeda, hubungan peran yang berbeda, tujuan dan situasi yang berbeda. Analisis diskursus tertarik dengan semua faktor yang berbeda tersebut dan mencoba untuk menjabarkannya dalam cara yang ketat dengan seperangkat label-label deskriptif yang terpisah dari apa yang digunakan oleh pakar tata bahasa konvensional. Perbedaan fundamental yang pertama yang telah kita catat adalah antara bentuk-bentuk bahasa dengan fungsi-fungsi diskursus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar