Senin, 23 Januari 2017

Summary of Discourse Analysis VII March 26th 2016



Nama              : Denny Nugraha
Kelas               : TBI-B-VI
NIM                : 1413132037
Chapter          : VII (Patterns of Cohesion-Thematic Progression)

7.1 Pola-pola kohesi
Kohesi dalam aspek wacana tulis merujuk kepada hubungan gramatikal dan/atau leksikal antara elemen-elemen yang berbeda dari sebuah teks (Richards et al. 1992). Pembahasan mengenai pola-pola kohesi dalam bidang pengajaran dan pembelajaran bahasa didasarkan pada penjelasan Halliday dan Hasan dalam buku mereka yang berjudul Cohesion in English (1957). Pola-pola utama dari kohesi dalam wacana tertulis meliputi referensi (reference), kohesi leksikal (lexical cohesion), konjungsi/kata penghubung (conjunction), substitusi (substitution) dan elipsis (Ellipsis).
7.2 Referensi
Referensi adalah salah satu pola utama dari kohesi yang meliputi kata ganti (seperti he, she, it, him, they dan sebagainya), kata penunjuk (this, that, these, those), artikel the dan item lainnya. Referensi juga dapat dikatakan aktifitas untuk mengidentifikasi sebuah item atau kata dengan cara memperoleh kembali gagasan mengenai item atau kata tersebut dari sebuah teks. Pola-pola yang termasuk dalam referensi adalah seperti anaphoric, cataphoric reference, exophoric, dan homophoric reference. Anaphoric reference menandakan sebuah kata atau frasa yang merujuk kepada kata atau frasa lain yang disebutkan sebelumnya dalam sebuah teks. Cataphoric reference mendeskripsikan penggunaan sebuah kata atau frasa yang yang digunakan sesudah kata atau frasa lain yang dirujuk dalam teks. Exophoric reference melihat keluar teks kepada suatu situasi dimana teks tersebut terjadi untuk merujuk sebuah item dalam teks. Sedangkan homophoric reference merujuk kepada identitas suatu item yang dapat diperoleh oleh rujukan kepada wawasan kultural secara umum daripada konteks yang spesifik dari sebuah teks.
7.3 Kohesi leksikal
Kohesi leksikal merujuk kepada hubungan antara item leksikal dalam sebuah teks dan khususnya antara kata-kata konten (content words). Jenis-jenis utama kohesi leksikal adalah pengulangan (repetition), sinonim (synonymy), antonim (antonymy), hiponim (hyponymy), meronom (meronomy), dan collocation. Repetition merujuk kepada kata yang diulang dalam teks, dan juga kata yang berubah sesuai dengan bentuk waktu (tense) yang digunakan seperti feel dan felt atau juga seperti feeling dan feelings (dari bentuk tunggal ke jamak). Synonymy merujuk kepada hubungan antara kata-kata yang mempunyai makna yang sama seperti customers dengan patrons. Kemudian, antonymy merujuk kepada makna yang berlawanan atau kontrastif seperti good dengan bad atau happy dengan sad. Hyponymy merujuk kepada kelas item leksikal yang hubungannya bersifat umum-khusus atau seperti jenis dari suatu item yaitu seperti entree dan main course dalam hubungannya dengan item food’. Sedangkan meronomy merujuk kepada item leksikal yang berada dalam sebuah hubungan keseluruhan-bagian seperti hubungan antara main course, potatoes, dan broccoli; fish, bones, dan scales.
7.4 Konjungsi atau kata penghubung
Istilah konjungsi atau kata penghubung merujuk kepada kata-kata seperti and, but, however, finally, then, dan in conclusion yang menghubungkan frasa, klausa, atau bagian-bagian dari sebuah teks yang mengekspresikan hubungan semantis-logis. Konjungsi dikategorisasikan oleh Halliday dan Hasan (1976) menjadi empat jenis yaitu additive, adversative, causal, dan temporal. Sedangkan Martin (1992) mengkategorisasikan konjungsi sebagai additive, comparative, temporal, dan consequential. Pendapat Martin inilah yang banyak digunakan dan dirujuk dalam analisis sistemis pola-pola kohesi saat ini.
Selanjutnya, additive conjunctions meliputi and, or, moreover, in addition, dan alternatively. Adversative conjunctions mencakup kata atau frasa seperti whereas, but, on the other hand, likewise, dan equally. Kemudian, temporal conjunctions yaitu adalah kata atau frasa seperti while, when, after, meanwhile, then, finally, dan at the same time. Sedangkan consequential conjunctions meliputi kata atau frasa seperti so that, because, since, thus, if, therefore, in conclusion, dan in this way (Martin 1992).
7.5 Substitusi dan elipsis
Substitusi adalah penggantian sebuah kata atau frasa dengan suatu kata atau frasa lain yang merujuk kepada kata/frasa yang digantikan tersebut. Seperti penggunaan kata one dalam contoh dibawah ini:
A: I’ve lost my voice
B: Get a new one.
Kata one digunakan sebagai pengganti dari frasa my voice. Lebih lanjut, substitusi dapat terjadi pada kata benda (noun) seperti pada contoh diatas, atau pada kata kerja (verb), dan juga pada klausa.
Sedangkan ellipsis terjadi ketika sebuah elemen dalam suatu teks terdahulu dihilangkan pada teks yang dihasilkan sesudahnya, seperti pada contoh dibawah ini:

A: Why didn’t you lend him some money?
B: I didn’t have any (money)
Kata money pada teks yang pertama selanjutnya dihilangkan pada teks yang terjadi setelahnya (sebagai respon). Hal ini dilakukan untuk menghindari pengulangan kata yang tidak perlu. Sebagaimana pada substitusi, elipsis juga dapat terjadi pada sebuah kata benda (noun), kata kerja (verb) atau verbal group, dan pada sebuah klausa.
7.6 Kohesi dan koherensi
Kohesi merujuk kepada sifat/properti internal sebuah teks, sedangkan koherensi merujuk kepada sifat/properti kontekstual teks yaitu adalah cara sebuah teks berhubungan dengan konteks atau dapat dipahami dalam situasi dimana teks tersebut terjadi. Secara khusus, koherensi dabagi menjadi dua jenis yaitu situational coherence dan generic coherence. Situational coherence adalah sifat kontekstual yang menekankan sebuah situasi dimana sebuah teks terjadi. Sedangkan generic coherence adalah sifat kontekstual yang dibutuhkan oleh sebuah teks untuk muncul dalam konteks, kejadian, atau genre komunikatif tertentu.
 7.7 Progresi tematik
Thematic progression merujuk kepada cara dimana theme dari sebuah klausa mengambil atau mengulang sebuah makna dari theme atau rheme klausa terdahulu. Misal dalam sebuah teks terdapat theme 1 tentang bat/bats, kata bat/bats diambil dan diulang di awal setiap klausa, menandakan bahwa masing-masing klausa mempunyai sesuatu untuk dikatakan tentang bat/bats. Pola seperti ini disebut sebagai theme reiteration atau constant theme pattern.
Pola umum yang lainnya dari thematic progression adalah ketika subjek masalah dalam rheme dari satu klausa diambil/diulang dalam theme dari klausa sesudahnya. Pola ini disebut sebagai zigzag atau linear theme pattern. Selanjutnya, sebuah teks mungkin menggunakan jenis progresi yang lain seperti multiple-theme atau split rheme pattern. Dalam pola multiple-theme atau split rheme pattern, sebuah rheme mungkin mencakup sejumlah potongan-potongan informasi yang berbeda, masing-masing informasi mungkin diambil sebagai theme dalam sejumlah klausa yang ada setelahnya.
Question of this chapter:
1.      What are the differences among the three patterns of the thematic progression in written discourse?
2.      What is the meaning of the causal conjunction? And how does it happen in written discourse?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar