Nama : Denny
Nugraha
Kelas : TBI-B-VI
NIM :
1413132037
Chapter : VII (Patterns of Cohesion-Thematic Progression)
7.1 Pola-pola kohesi
Kohesi
dalam aspek wacana tulis merujuk kepada hubungan gramatikal dan/atau leksikal
antara elemen-elemen yang berbeda dari sebuah teks (Richards et al. 1992).
Pembahasan mengenai pola-pola kohesi dalam bidang pengajaran dan pembelajaran
bahasa didasarkan pada penjelasan Halliday dan Hasan dalam buku mereka yang
berjudul Cohesion in English (1957).
Pola-pola utama dari kohesi dalam wacana tertulis meliputi referensi (reference), kohesi leksikal (lexical cohesion), konjungsi/kata
penghubung (conjunction), substitusi
(substitution) dan elipsis (Ellipsis).
7.2 Referensi
Referensi
adalah salah satu pola utama dari kohesi yang meliputi
kata ganti (seperti he, she, it, him,
they dan sebagainya), kata penunjuk (this,
that, these, those), artikel the
dan item lainnya. Referensi juga
dapat dikatakan aktifitas untuk mengidentifikasi sebuah item atau kata dengan cara memperoleh kembali gagasan mengenai item atau kata tersebut dari sebuah
teks. Pola-pola yang termasuk dalam referensi adalah seperti anaphoric, cataphoric reference, exophoric, dan
homophoric reference. Anaphoric reference menandakan sebuah
kata atau frasa yang merujuk kepada kata atau frasa lain yang disebutkan
sebelumnya dalam sebuah teks. Cataphoric
reference mendeskripsikan penggunaan sebuah kata atau frasa yang yang
digunakan sesudah kata atau frasa lain yang dirujuk dalam teks. Exophoric reference melihat keluar teks
kepada suatu situasi dimana teks tersebut terjadi untuk merujuk sebuah item dalam teks. Sedangkan homophoric reference merujuk kepada
identitas suatu item yang dapat
diperoleh oleh rujukan kepada wawasan kultural secara umum daripada konteks
yang spesifik dari sebuah teks.
7.3 Kohesi leksikal
Kohesi
leksikal merujuk kepada hubungan antara item
leksikal dalam sebuah teks dan khususnya antara kata-kata konten (content words). Jenis-jenis utama kohesi
leksikal adalah pengulangan (repetition),
sinonim (synonymy), antonim (antonymy), hiponim (hyponymy), meronom (meronomy),
dan collocation. Repetition merujuk kepada kata yang diulang dalam teks, dan juga
kata yang berubah sesuai dengan bentuk waktu (tense) yang digunakan seperti feel
dan felt atau juga seperti feeling dan feelings (dari bentuk tunggal ke jamak). Synonymy merujuk kepada hubungan antara kata-kata yang mempunyai
makna yang sama seperti customers dengan
patrons. Kemudian, antonymy merujuk kepada makna yang berlawanan
atau kontrastif seperti good dengan bad atau happy dengan sad. Hyponymy merujuk kepada kelas item leksikal yang hubungannya bersifat
umum-khusus atau seperti jenis dari suatu item
yaitu seperti entree dan main course dalam hubungannya dengan item ‘food’. Sedangkan meronomy merujuk
kepada item leksikal yang berada
dalam sebuah hubungan keseluruhan-bagian seperti hubungan antara main course, potatoes, dan broccoli; fish, bones, dan scales.
7.4 Konjungsi atau kata penghubung
Istilah
konjungsi atau kata penghubung merujuk kepada kata-kata seperti and, but, however, finally, then, dan in conclusion yang menghubungkan frasa,
klausa, atau bagian-bagian dari sebuah teks yang mengekspresikan hubungan
semantis-logis. Konjungsi dikategorisasikan oleh Halliday dan Hasan (1976)
menjadi empat jenis yaitu additive,
adversative, causal, dan temporal.
Sedangkan Martin (1992) mengkategorisasikan konjungsi sebagai additive, comparative, temporal, dan consequential. Pendapat Martin inilah
yang banyak digunakan dan dirujuk dalam analisis sistemis pola-pola kohesi saat
ini.
Selanjutnya,
additive conjunctions meliputi and, or,
moreover, in addition, dan alternatively.
Adversative conjunctions mencakup kata
atau frasa seperti whereas, but, on the
other hand, likewise, dan equally.
Kemudian, temporal conjunctions yaitu
adalah kata atau frasa seperti while,
when, after, meanwhile, then, finally, dan at the same time. Sedangkan consequential
conjunctions meliputi kata atau frasa seperti so that, because, since, thus, if, therefore, in conclusion, dan in this way (Martin 1992).
7.5 Substitusi dan elipsis
Substitusi
adalah penggantian sebuah kata atau frasa dengan suatu kata atau frasa lain
yang merujuk kepada kata/frasa yang digantikan tersebut. Seperti penggunaan
kata one dalam contoh dibawah ini:
A: I’ve lost my voice
B: Get a new one.
Kata one
digunakan sebagai pengganti dari frasa my
voice. Lebih lanjut, substitusi dapat terjadi pada kata benda (noun) seperti pada contoh diatas, atau
pada kata kerja (verb), dan juga pada
klausa.
Sedangkan ellipsis terjadi ketika sebuah elemen
dalam suatu teks terdahulu dihilangkan pada teks yang dihasilkan sesudahnya,
seperti pada contoh dibawah ini:
A: Why didn’t you lend him some money?
B: I didn’t have any (money)
Kata money
pada teks yang pertama selanjutnya dihilangkan pada teks yang terjadi setelahnya
(sebagai respon). Hal ini dilakukan untuk menghindari pengulangan kata yang
tidak perlu. Sebagaimana pada substitusi, elipsis juga dapat terjadi pada
sebuah kata benda (noun), kata kerja
(verb) atau verbal group, dan pada sebuah klausa.
7.6 Kohesi dan koherensi
Kohesi
merujuk kepada sifat/properti internal sebuah teks, sedangkan koherensi merujuk
kepada sifat/properti kontekstual teks yaitu adalah cara sebuah teks
berhubungan dengan konteks atau dapat dipahami dalam situasi dimana teks
tersebut terjadi. Secara khusus, koherensi dabagi menjadi dua jenis yaitu situational coherence dan generic coherence. Situational coherence adalah sifat kontekstual yang menekankan
sebuah situasi dimana sebuah teks terjadi. Sedangkan generic coherence adalah sifat kontekstual yang dibutuhkan oleh
sebuah teks untuk muncul dalam konteks, kejadian, atau genre komunikatif tertentu.
7.7 Progresi tematik
Thematic progression
merujuk kepada cara dimana theme dari
sebuah klausa mengambil atau mengulang sebuah makna dari theme atau rheme klausa
terdahulu. Misal dalam sebuah teks terdapat theme
1 tentang bat/bats, kata bat/bats
diambil dan diulang di awal setiap klausa, menandakan bahwa masing-masing
klausa mempunyai sesuatu untuk dikatakan tentang bat/bats. Pola seperti ini disebut sebagai theme reiteration atau constant
theme pattern.
Pola
umum yang lainnya dari thematic
progression adalah ketika subjek masalah dalam rheme dari satu klausa diambil/diulang dalam theme dari klausa sesudahnya. Pola ini disebut sebagai zigzag atau linear theme pattern. Selanjutnya, sebuah teks mungkin menggunakan
jenis progresi yang lain seperti multiple-theme
atau split rheme pattern. Dalam
pola multiple-theme atau split rheme pattern, sebuah rheme mungkin mencakup sejumlah
potongan-potongan informasi yang berbeda, masing-masing informasi mungkin
diambil sebagai theme dalam sejumlah
klausa yang ada setelahnya.
Question of this chapter:
1. What
are the differences among the three patterns of the thematic progression in
written discourse?
2. What
is the meaning of the causal conjunction? And how does it happen in written
discourse?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar