Nama : Denny
Nugraha
Kelas : TBI-B-VI
NIM :
1413132037
Chapter : VI (Written Language)
6.1 Bahasa Tulis
Banyak
hal yang telah dijelaskan mengenai bahasa tulis oleh para ahli analisis wacana
dalam bab-bab sebelumnya. Dimulai dari bab pertama yang menjelaskan mengenai coherence, clause relations dan textual patterns pada bahasa tulis.
Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan bab sebelum ini mengenai bahasa lisan
yang telah membuat poin penting yang relevan terhadap wacana tertulis. Selain
itu, terdapat dua prinsip yang umum dalam mempelajari bahasa tulis dan wacana
yang ada didalamnya. Prinsip yang pertama adalah bahwa di satu sisi, tidak
semuanya yang dijelaskan oleh para ahli analisis wacana itu relevan kepada
pengajaran bahasa. Dan prinsip yang kedua adalah bahwa disisi yang lain,
semakin kita belajar dari para ahli analisis wacana (tentang bagaimana teks yang
berbeda diorganisasikan dan bagaimana proses pembuatan teks tulis itu
direalisasikan pada level yang beragam dari unit yang kecil ke unit yang lebih
besar), maka semakin mungkin kita mampu untuk membuat materi dan aktifitas yang
otentik untuk digunakan dalam kelas bahasa.
6.2 Jenis-jenis teks
Tidak
seperti pengetahuan kita mengenai ujaran, wawasan mengenai teks tertulis telah
banyak dibantu oleh kamus dan bahan bacaan lain yang telah kita baca
sebelumnya. Akan tetapi, di zaman yang serba modern seperti ini, teks semakin
beragam dan berkembang dari yang menggunakan media kertas hingga yang dalam
menggunakan media digital. Kita bisa mendapatkan statistik dari jenis teks apa
yang dibaca dan ditulis oleh orang-orang. Dari banyak jenis teks yang beredar
sekarang ini, ada beberapa teks yang sangat sering ditemukan yaitu seperti memo
(memos), formulir (forms), surat pemberitahuan (notices), Fax, tiket (tickets), surat (letters), dan sebagainya.
6.3 Ujaran dan tulisan
Transkrip
merupakan bentuk tertulis atau informasi visual dari sebuah percakapan atau
monolog. Faktanya, transkrip dapat menggambarkan sebuah relasi antara ujaran
dan tulisan. Karena percakapan yang alami mungkin berisi referensi yang hampir tidak
mungkin bisa untuk ditafsirkan tanpa pengetahuan khusus. Relasi ini terbentuk
karena adanya kelemahan antara dua jenis wacana tersebut. Di satu sisi,
terkadang kita akan sangat sulit untuk menuliskan apa yang diujarkan oleh orang
yang sedang berbicara. Karena bahasa lisan yang lebih bersifat 'language in action', dimana bahasa
digunakan untuk mengiringi tindakan. Dan di sisi yang lain, kita mungkin mudah
untuk mengujarkan apa yang telah kita tulis yaitu dengan membacanya dengan
nyaring. Selain itu, ujaran akan sangat dekat dengan konteks yang sedang
terjadi sedangkan tulisan tidak.
6.4 Unit-unit dalam wacana tertulis
Kalimat
adalah sebuah unit yang gramatikal dalam wacana tertulis. Kita mungkin mudah
untuk menjumpainya walaupun tidak mencakup semua jenis tulisan seperti halnya tanda
(signs), peringatan (notices), iklan kecil, catatan kecil, formulir,
tiket, cek, semua jenis tersebut termasuk kedalam contoh dari 'non-sentences' (berupa daftar dari
beberapa kata, klausa tanpa kata kerja, dsb.). konstruksi internal dari kalimat
selalu menjadi bagian dari grammar, namun
hal ini berimplikasi pada bagaimana kalimat tersebut dijelaskan dalam tataran
wacana sebagai satu keseluruhan yang tersusun atas faktor urutan kata (word order), kohesi antar kalimat (cohesion), dan juga termasuk tense dan aspect.
6.5 Hubungan klausa
Bagian
individual (terpisah) dari teks berkombinasi untuk membentuk struktur yang
logis dari keseluruhan teks dan untuk membentuk pola karakteristik tertentu (seperti
masalah-solusi atau sebab-akibat). Urutan dari bagian-bagian tersebut dan
bagaimana hubungan antara bagian-bagian tersebut digunakan, dilihat sebagai
faktor dalam koherensi tekstual (textual
coherence). Koherensi tekstual dalam wacana tertulis adalah meliputi
tentang bagaimana kata penghubung atau conjunctions
menandakan hubungan antar klausa dan bagaimana item leksikal tertentu melakukan hal yang sama. Kata penghubung
yang banyak dipakai adalah seperti and,
so dan because mempunyai leksikal ekuivalen dalam nouns, verbs dan adjectives
seperti additional, cause (sebagai noun atau verb), consequent(ce), instrumental, reason, dan
sebagainya.
6.6 Menggunakan pola yang lebih besar
Dalam
wacana tertulis, terdapat beberapa pola tekstual yang lebih besar dari sebuah
jenis teks. Pola-pola tersebut ialah seperti problem-solution pattern, claim-counterclaim pattern, dan narrative pattern. Hal ini sebenarnya
tidak hanya meliputi pola-pola yang ditemukan dalam teks saja; salah satu pola
lain yang umum adalah 'question-answer'
pattern, yang mempunyai beberapa
fitur yang mirip dengan problem-solution
pattern, namun dalam question-answer
pattern motivasi utamanya adalah untuk memperoleh jawaban yang memuaskan
dari sebuah pertanyaan secara eksplisit diajukan (biasanya) pada awal teks. Sedangkan
problem-solution pattern sering
dijumpai dalam teks periklanan (satu cara untuk menjual sebuah produk adalah
dengan cara meyakinkan orang lain terhadap produk tersebut) dan dalam teks
laporan pengembangan teknologi. Kemudian, claim-counterclaim
pattern sering ditemukan dalam jurnalisme
politik, sebagaimana juga dalam halaman surat untuk editor sebuah surat kabar
atau majalah.
6.7 Pola dan pembelajar
Jika
kita melihat pada usaha-usaha pembelajar untuk menciptakan pola-pola tekstual
sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, kita bisa menemukan bahwa ada
beberapa masalah. Pembelajar bahasa yang kurang akan kosa kata dan pengetahuan
mengenai wacana tertulis akan sangat sering mengalami kesulitan dalam memahami
dan memproduksi wacana lisan. Pola-pola yang telah dijelaskan diatas mempunyai
karakteristik yang berbeda satu sama lain baik dalam wacana tertulis maupun
wacana lisan. Salah satu pola yang mungkin akan mudah dipahami oleh pembelajar
pemula adalah pola pertanyaan-jawaban (question-answer
pattern).
6.8 Budaya dan retorika
Wilayah
kajian dari retorika antar budaya telah banyak diteliti oleh para ahli analisis
wacana. Namun, faktanya terdapat sebuah permasalahan yang membingungkan. Di
satu sisi, para ahli linguistik mengklaim bahwa bukti dari pola-pola tekstual
dalam bahasa lain tidak ditemukan dalam tulisan bahasa Inggris. Di sisi lain,
terdapat ketidaksepakatan terhadap apa yang dihasilkan oleh pola tekstual
tersebut dengan bukti nyata dari budaya yang tersirat dalam suatu bahasa.
Beberapa bukti terlihat mendukung perbedaan-perbedaan yang ada dalam struktur
tekstual, seperti keberterimaan dalam teks bahasa Jepang dengan apa yang
terlihat pada bahasa Inggris (lihat Hinds 1983), atau fitur tertentu dari
urutan kata dan penggunaan kata penghubung.
6.9 Wacana dan pembaca
Dalam
beberapa tahun terakhir, pertanyaan mengenai reading pedagogy telah berpusat pada apa yang penting disebut
sebagai strategi bottom-up (yaitu menafsirkan
teks langkah demi langkah dari elemen tekstual terkecil seperti kata dan frase)
atau strategi top-down (menggunakan
petunjuk-petunjuk tingkat makro untuk menafsirkan sebuah teks). Perdebatan
nampak pada kompromi antara lokal dan global decoding, dan selain itu terdapat persetujuan umum bahwa pembaca
yang efisien menggunakan strategi topdown
dan bottom-up processing sekaligus (misalnya Eskey 1988). Bahan bacaan yang
terbaik akan mendorong keterlibatan dengan bentuk tekstual yang lebih besar (contohnya
adalah dengan melalui latihan problem-solving
pada tingkat teks secara keseluruhan) namun tidak mengabaikan peran dari
kata-kata, frase, dan fitur gramatikal lainnya dalam mengarahkan pembaca
seputar teks (misalnya Greenall dan Swan 1986, yang mendapatkan keseimbangan
dari kedua strategi tersebut).
Question of this chapter:
1. What
are the relations between the three patterns of the larger patterns in written
discourse?
2. What
is the definition of the rhetorical form of written discourse?
3. How
is the way to identify the patterns and the rhetorical form?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar