Senin, 23 Januari 2017

Summary of Discourse Analysis VI March 20th 2016



Nama              : Denny Nugraha
Kelas               : TBI-B-VI
NIM                : 1413132037
Chapter          : VI (Written Language)

6.1 Bahasa Tulis
Banyak hal yang telah dijelaskan mengenai bahasa tulis oleh para ahli analisis wacana dalam bab-bab sebelumnya. Dimulai dari bab pertama yang menjelaskan mengenai coherence, clause relations dan textual patterns pada bahasa tulis. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan bab sebelum ini mengenai bahasa lisan yang telah membuat poin penting yang relevan terhadap wacana tertulis. Selain itu, terdapat dua prinsip yang umum dalam mempelajari bahasa tulis dan wacana yang ada didalamnya. Prinsip yang pertama adalah bahwa di satu sisi, tidak semuanya yang dijelaskan oleh para ahli analisis wacana itu relevan kepada pengajaran bahasa. Dan prinsip yang kedua adalah bahwa disisi yang lain, semakin kita belajar dari para ahli analisis wacana (tentang bagaimana teks yang berbeda diorganisasikan dan bagaimana proses pembuatan teks tulis itu direalisasikan pada level yang beragam dari unit yang kecil ke unit yang lebih besar), maka semakin mungkin kita mampu untuk membuat materi dan aktifitas yang otentik untuk digunakan dalam kelas bahasa.
6.2 Jenis-jenis teks
Tidak seperti pengetahuan kita mengenai ujaran, wawasan mengenai teks tertulis telah banyak dibantu oleh kamus dan bahan bacaan lain yang telah kita baca sebelumnya. Akan tetapi, di zaman yang serba modern seperti ini, teks semakin beragam dan berkembang dari yang menggunakan media kertas hingga yang dalam menggunakan media digital. Kita bisa mendapatkan statistik dari jenis teks apa yang dibaca dan ditulis oleh orang-orang. Dari banyak jenis teks yang beredar sekarang ini, ada beberapa teks yang sangat sering ditemukan yaitu seperti memo (memos), formulir (forms), surat pemberitahuan (notices), Fax, tiket (tickets), surat (letters), dan sebagainya.
6.3 Ujaran dan tulisan
Transkrip merupakan bentuk tertulis atau informasi visual dari sebuah percakapan atau monolog. Faktanya, transkrip dapat menggambarkan sebuah relasi antara ujaran dan tulisan. Karena percakapan yang alami mungkin berisi referensi yang hampir tidak mungkin bisa untuk ditafsirkan tanpa pengetahuan khusus. Relasi ini terbentuk karena adanya kelemahan antara dua jenis wacana tersebut. Di satu sisi, terkadang kita akan sangat sulit untuk menuliskan apa yang diujarkan oleh orang yang sedang berbicara. Karena bahasa lisan yang lebih bersifat 'language in action', dimana bahasa digunakan untuk mengiringi tindakan. Dan di sisi yang lain, kita mungkin mudah untuk mengujarkan apa yang telah kita tulis yaitu dengan membacanya dengan nyaring. Selain itu, ujaran akan sangat dekat dengan konteks yang sedang terjadi sedangkan tulisan tidak.
6.4 Unit-unit dalam wacana tertulis
Kalimat adalah sebuah unit yang gramatikal dalam wacana tertulis. Kita mungkin mudah untuk menjumpainya walaupun tidak mencakup semua jenis tulisan seperti halnya tanda (signs), peringatan (notices), iklan kecil, catatan kecil, formulir, tiket, cek, semua jenis tersebut termasuk kedalam contoh dari 'non-sentences' (berupa daftar dari beberapa kata, klausa tanpa kata kerja, dsb.). konstruksi internal dari kalimat selalu menjadi bagian dari grammar, namun hal ini berimplikasi pada bagaimana kalimat tersebut dijelaskan dalam tataran wacana sebagai satu keseluruhan yang tersusun atas faktor urutan kata (word order), kohesi antar kalimat (cohesion), dan juga termasuk tense dan aspect.
6.5 Hubungan klausa
Bagian individual (terpisah) dari teks berkombinasi untuk membentuk struktur yang logis dari keseluruhan teks dan untuk membentuk pola karakteristik tertentu (seperti masalah-solusi atau sebab-akibat). Urutan dari bagian-bagian tersebut dan bagaimana hubungan antara bagian-bagian tersebut digunakan, dilihat sebagai faktor dalam koherensi tekstual (textual coherence). Koherensi tekstual dalam wacana tertulis adalah meliputi tentang bagaimana kata penghubung atau conjunctions menandakan hubungan antar klausa dan bagaimana item leksikal tertentu melakukan hal yang sama. Kata penghubung yang banyak dipakai adalah seperti and, so dan because mempunyai leksikal ekuivalen dalam nouns, verbs dan adjectives seperti additional, cause (sebagai noun atau verb), consequent(ce), instrumental, reason, dan sebagainya.
6.6 Menggunakan pola yang lebih besar
Dalam wacana tertulis, terdapat beberapa pola tekstual yang lebih besar dari sebuah jenis teks. Pola-pola tersebut ialah seperti ­problem-solution pattern, claim-counterclaim pattern, dan narrative pattern. Hal ini sebenarnya tidak hanya meliputi pola-pola yang ditemukan dalam teks saja; salah satu pola lain yang umum adalah 'question-answer' pattern, yang mempunyai beberapa fitur yang mirip dengan problem-solution pattern, namun dalam question-answer pattern motivasi utamanya adalah untuk memperoleh jawaban yang memuaskan dari sebuah pertanyaan secara eksplisit diajukan (biasanya) pada awal teks. Sedangkan problem-solution pattern sering dijumpai dalam teks periklanan (satu cara untuk menjual sebuah produk adalah dengan cara meyakinkan orang lain terhadap produk tersebut) dan dalam teks laporan pengembangan teknologi. Kemudian, claim-counterclaim pattern sering ditemukan dalam jurnalisme politik, sebagaimana juga dalam halaman surat untuk editor sebuah surat kabar atau majalah.
 6.7 Pola dan pembelajar
Jika kita melihat pada usaha-usaha pembelajar untuk menciptakan pola-pola tekstual sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, kita bisa menemukan bahwa ada beberapa masalah. Pembelajar bahasa yang kurang akan kosa kata dan pengetahuan mengenai wacana tertulis akan sangat sering mengalami kesulitan dalam memahami dan memproduksi wacana lisan. Pola-pola yang telah dijelaskan diatas mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain baik dalam wacana tertulis maupun wacana lisan. Salah satu pola yang mungkin akan mudah dipahami oleh pembelajar pemula adalah pola pertanyaan-jawaban (question-answer pattern).
6.8 Budaya dan retorika
Wilayah kajian dari retorika antar budaya telah banyak diteliti oleh para ahli analisis wacana. Namun, faktanya terdapat sebuah permasalahan yang membingungkan. Di satu sisi, para ahli linguistik mengklaim bahwa bukti dari pola-pola tekstual dalam bahasa lain tidak ditemukan dalam tulisan bahasa Inggris. Di sisi lain, terdapat ketidaksepakatan terhadap apa yang dihasilkan oleh pola tekstual tersebut dengan bukti nyata dari budaya yang tersirat dalam suatu bahasa. Beberapa bukti terlihat mendukung perbedaan-perbedaan yang ada dalam struktur tekstual, seperti keberterimaan dalam teks bahasa Jepang dengan apa yang terlihat pada bahasa Inggris (lihat Hinds 1983), atau fitur tertentu dari urutan kata dan penggunaan kata penghubung.
6.9 Wacana dan pembaca
Dalam beberapa tahun terakhir, pertanyaan mengenai reading pedagogy telah berpusat pada apa yang penting disebut sebagai strategi bottom-up (yaitu menafsirkan teks langkah demi langkah dari elemen tekstual terkecil seperti kata dan frase) atau strategi top-down (menggunakan petunjuk-petunjuk tingkat makro untuk menafsirkan sebuah teks). Perdebatan nampak pada kompromi antara lokal dan global decoding, dan selain itu terdapat persetujuan umum bahwa pembaca yang efisien menggunakan strategi topdown dan bottom-up processing sekaligus (misalnya Eskey 1988). Bahan bacaan yang terbaik akan mendorong keterlibatan dengan bentuk tekstual yang lebih besar (contohnya adalah dengan melalui latihan problem-solving pada tingkat teks secara keseluruhan) namun tidak mengabaikan peran dari kata-kata, frase, dan fitur gramatikal lainnya dalam mengarahkan pembaca seputar teks (misalnya Greenall dan Swan 1986, yang mendapatkan keseimbangan dari kedua strategi tersebut).

Question of this chapter:
1.      What are the relations between the three patterns of the larger patterns in written discourse?
2.      What is the definition of the rhetorical form of written discourse?
3.      How is the way to identify the patterns and the rhetorical form?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar