Senin, 23 Januari 2017

Summary of Discourse Analysis IV March 6th 2016



Nama              : Denny Nugraha
Kelas               : TBI-B-VI
NIM                : 1413132037
Chapter          : IV (Discourse Analysis and Phonology)
Analisis Wacana dan Fonologi

            Fonologi merupakan disiplin ilmu bahasa (linguistics) yang mempelajari bunyi dan ujaran yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Dalam unit ini, fonologi akan dipelajari sebagai alat untuk analisis wacana. Untuk memahami hubungan antara analisis wacana dengan fonologi, kita hendaknya merujuk kepada apa yang disebut sebagai pengucapan (pronunciation), namun penjelasan dalam unit ini akan bermuara kepada intonasi (intonation). Hal ini karena perkembangan yang paling menarik dalam analisis wacana adalah kajian pada level intonasi daripada kajian pada level segmental seperti mengenai fonem (phoneme) dan artikulasinya.
            Pengajaran tentang traditional pronunciation telah memberikan kontribusi pada pengetahuan dan kemampuan untuk mensegmentasi bunyi-bunyi bahasa kedalam item yang terpisah (phoneme). Hal ini dapat dilihat ketika item tersebut digunakan dalam membangun kata tertentu kemudian menghasilkan perbedaan yang bermakna dengan kata lain. Contohnya adalah fonem (phoneme) dari /p/ and /b/ dalam bahasa Inggris menimbulkan kontras yang jelas seperti dalam pengucapan kata pump dan bump, pat dan bat, dsb.).
            Dilihat dari sudut pandang pengucapan dan spoken discourse, connected stretches (dua kata yang diujarkan bersambung/bergiliran) secara alami menjadi masalah yang kompleks. Ketika kata satu mengikuti kata lain dalam satu ujaran, fonem dari ujaran tersebut mungkin mengalami perubahan yang signifikan. Contoh yang paling sederhana adalah perbedaan antara pengucapan normal dari 'good evening' [gƏdi:vniƞ], dan pengucapan dari 'good morning' [gƏbmɔ:niƞ]. Bunyi /d/ dari akhir ujaran good (diucapkan tanpa kata yang mengikutinya) berubah (menjadi /b/) ketika menghadapi bunyi /m/ dari morning. Sebagaimana dijelaskan oleh G. Brown (1977) bahwa setiap bunyi konsonan dan vokal akan dipengaruhi oleh bunyi konsonan atau vokal yang berada sebelum dan sesudahnya dan juga oleh struktur ritmik yang terjadi dalam ujaran tertentu.
            Dalam beberapa hal, aspek yang paling diabaikan dari pengajaran pronunciation adalah tentang hubungan antara artikulasi fonem dengan fitur-fitur dari ujaran bersambung (connected speech). Pennington dan Richards (1986) berpendapat bahwa pronunciation itu penting sebagaimana aspek pengajaran bahasa yang berorientasi wacana yang terdiri atas tiga area atau komponen yaitu adalah segmental features, voice-setting features, dan prosodic atau intonational features. Ketiga hal ini dianggap sebagai aspek yang sulit untuk diajarkan kepada pembelajar bahasa.
Aspek yang pertama adalah voice-setting features, termasuk didalamnya seperti kecenderungan umum terhadap artikulasi retroflex atau ritme tertentu pada penutur bahasa Inggris di India (indian speakers of English), yang dapat menyebabkan kesulitan yang signifikan bagi pendengar bukan orang asli India (non-Indian listener). Prosodic component terdiri atas stress (tekanan) dan intonation (intonasi). Pennington dan Richards melihat pronunciation sebagai constellation of features (gugusan fitur) yang dimanifestasikan tidak hanya dalam artikulasi fonem tertentu tetapi juga dalam pengucapan ujaran bersambung (connected speech) yang merupakan wacana yang terjadi secara alamiah. Sedangkan hal-hal yang termasuk kedalam voice-setting features sulit untuk diaplikasikan dan sebagian besar diabaikan dalam materi ajar sekarang ini.
Intonasi, sebagai muara dari unit ini, mempunyai beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengajaran bahasa Inggris. Hal-hal tersebut adalah rhythm, word stress dan prominence, dan intonational units. Rhythm adalah keteraturan pada wacana lisan bahasa Inggris yang memberikan karakter bunyi yang berbeda dari bahasa lain dan tidak selalu bisa ditiru dengan baik oleh orang yang berbahasa lain selain bahasa Inggris. Realisasi dari rhythm mungkin timbul dari perasaan pergantian dari ketukan (beat) antara nada yang kuat dan nada yang lemah dalam pola-pola ujaran yang bervariasi. Kemudian word stress dan prominence merujuk kepada makna yang sama yaitu syllable (suku kata) yang diujarkan dengan nada (intensitas) yang lebih tinggi dan dengan durasi yang lebih lama. Syllable atau (suku) kata yang diujarkan seperti itu kemudian disebut sebagai prominent syllable.
Sedangkan intonational units merupakan unit-unit terkecil yang berasal dari satu ujaran. Satu unit ini mempunyai setidaknya satu pusat/induk atau yang disebut sebagai nuclear prominence yang ditandai oleh beberapa variasi nada dalam satu ujaran berbentuk nada yang naik (rising) atau turun (falling). Dalam satu intonational units terdapat nuclear, non-nuclear, prominent syllables, dan non-prominent syllables. Nuclear prominence adalah prominence yang terakhir dalam satu intonational unit, dan unit ini biasanya disebut tone units atau tone groups.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar