Nama : Denny
Nugraha
Kelas : TBI-B-VI
NIM :
1413132037
Chapter : IV (Discourse Analysis and Phonology)
Analisis Wacana
dan Fonologi
Fonologi
merupakan disiplin ilmu bahasa (linguistics)
yang mempelajari bunyi dan ujaran yang digunakan oleh manusia untuk
berkomunikasi. Dalam unit ini, fonologi akan dipelajari sebagai alat untuk
analisis wacana. Untuk memahami hubungan antara analisis wacana dengan
fonologi, kita hendaknya merujuk kepada apa yang disebut sebagai pengucapan (pronunciation), namun penjelasan dalam
unit ini akan bermuara kepada intonasi (intonation).
Hal ini karena perkembangan yang paling menarik dalam analisis wacana adalah kajian
pada level intonasi daripada kajian pada level segmental seperti mengenai fonem (phoneme) dan artikulasinya.
Pengajaran
tentang traditional pronunciation telah
memberikan kontribusi pada pengetahuan dan kemampuan untuk mensegmentasi
bunyi-bunyi bahasa kedalam item yang
terpisah (phoneme). Hal ini dapat
dilihat ketika item tersebut digunakan
dalam membangun kata tertentu kemudian menghasilkan perbedaan yang bermakna
dengan kata lain. Contohnya adalah fonem (phoneme) dari /p/ and /b/ dalam bahasa Inggris
menimbulkan kontras yang jelas seperti dalam pengucapan kata pump dan bump, pat dan bat, dsb.).
Dilihat
dari sudut pandang pengucapan dan spoken
discourse, connected stretches
(dua kata yang diujarkan bersambung/bergiliran) secara alami menjadi masalah
yang kompleks. Ketika kata satu mengikuti kata lain dalam satu ujaran, fonem
dari ujaran tersebut mungkin mengalami perubahan yang signifikan. Contoh yang
paling sederhana adalah perbedaan antara pengucapan normal dari 'good evening' [gƏdi:vniƞ], dan pengucapan dari 'good morning' [gƏbmɔ:niƞ]. Bunyi /d/
dari akhir ujaran good (diucapkan
tanpa kata yang mengikutinya) berubah (menjadi /b/) ketika menghadapi bunyi /m/
dari morning. Sebagaimana dijelaskan
oleh G. Brown (1977) bahwa setiap bunyi konsonan dan vokal akan dipengaruhi
oleh bunyi konsonan atau vokal yang berada sebelum dan sesudahnya dan juga oleh
struktur ritmik yang terjadi dalam ujaran tertentu.
Dalam
beberapa hal, aspek yang paling diabaikan dari pengajaran pronunciation adalah tentang hubungan antara artikulasi fonem
dengan fitur-fitur dari ujaran bersambung (connected
speech). Pennington dan Richards (1986) berpendapat bahwa pronunciation itu penting sebagaimana
aspek pengajaran bahasa yang berorientasi wacana yang terdiri atas tiga area
atau komponen yaitu adalah segmental
features, voice-setting features,
dan prosodic atau intonational features. Ketiga hal ini
dianggap sebagai aspek yang sulit untuk diajarkan kepada pembelajar bahasa.
Aspek yang pertama adalah voice-setting features, termasuk
didalamnya seperti kecenderungan umum terhadap artikulasi retroflex atau ritme tertentu pada penutur bahasa Inggris di India
(indian speakers of English), yang
dapat menyebabkan kesulitan yang signifikan bagi pendengar bukan orang asli India
(non-Indian listener). Prosodic component terdiri atas stress (tekanan) dan intonation (intonasi). Pennington dan
Richards melihat pronunciation sebagai
constellation of features (gugusan
fitur) yang dimanifestasikan tidak hanya dalam artikulasi fonem tertentu tetapi
juga dalam pengucapan ujaran bersambung (connected
speech) yang merupakan wacana yang terjadi secara alamiah. Sedangkan
hal-hal yang termasuk kedalam voice-setting
features sulit untuk diaplikasikan dan sebagian besar diabaikan dalam
materi ajar sekarang ini.
Intonasi, sebagai muara dari unit ini,
mempunyai beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengajaran bahasa
Inggris. Hal-hal tersebut adalah rhythm,
word stress dan prominence, dan intonational units. Rhythm adalah keteraturan pada wacana lisan bahasa Inggris yang
memberikan karakter bunyi yang berbeda dari bahasa lain dan tidak selalu bisa
ditiru dengan baik oleh orang yang berbahasa lain selain bahasa Inggris.
Realisasi dari rhythm mungkin timbul
dari perasaan pergantian dari ketukan (beat)
antara nada yang kuat dan nada yang lemah dalam pola-pola ujaran yang
bervariasi. Kemudian word stress dan prominence merujuk kepada makna yang
sama yaitu syllable (suku kata) yang
diujarkan dengan nada (intensitas) yang lebih tinggi dan dengan durasi yang
lebih lama. Syllable atau (suku) kata
yang diujarkan seperti itu kemudian disebut sebagai prominent syllable.
Sedangkan intonational units merupakan unit-unit terkecil yang berasal dari
satu ujaran. Satu unit ini mempunyai setidaknya satu pusat/induk atau yang
disebut sebagai nuclear prominence
yang ditandai oleh beberapa variasi nada dalam satu ujaran berbentuk nada yang
naik (rising) atau turun (falling). Dalam satu intonational units terdapat nuclear, non-nuclear, prominent syllables, dan
non-prominent syllables. Nuclear prominence adalah prominence yang terakhir dalam satu intonational unit, dan unit ini biasanya
disebut tone units atau tone groups.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar